Penjaga Mamah

Sejenak aku merenung saat bibi ku (adik mamah) menitipkam mamah, agar aku selalu menjaganya.

Aku tau betapa perih sakit hati yg mamah bendung selama ini, betapa banyak air mata yg menetes yg selama ini selalu mamah sembunyikan.
Mamah yg kini harus membantu perekonomian keluarga bersama bapak, harus merelakan waktunya yg seharusnya diumur ia sekarang lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama anak2nya, terlebih masih ada adikku yg masih sekolah dasar, membutuhkan asupan kasih sayang, perhatian, petuah petuah, dan ilmu agama yg cukup.
Tapi sayang, semuanya masih diangangan


Tapi mengapa?  Mengapa wanita yg sudah rela berjuang sedari dulu melahirkan kami, mengurus kami, melayani bapak, tak pernah bapak.hargai adanya.

Aku tau betapa lelahnya bapak membanting tulang bagi keluarga, tapi pak,  mamah yg haris mengerjakan dua tugas sekaligus, mengurus kami dan membantu mencari rezeki, mengapa bapak selalu membentak2 mamah, bukan kah saat pulang bapak capek kan? Mamah pun sama, lalu ditambah bapak membentak2nya,  apa bapak pernah berpikir bagaimana perasaannya? 

Hal yg tak wajar adalah ketika bapak bukan satu atau dua kali membentak.mamah hampir tiap hari tiap detik ketika mamah melakukan kesalahan yg menurut ku dan orang yg melihatnya bukan perkara yg besar dan rumit.

Bapak selalu melakukan apapun tanpa persetujuan mamah.

Yg lebih membuatku sedih, mengapa bapak tak pernah adil memperlakukan mamah dengan nenek.

Aku paham betul seharusnya aku tak pernah membandingkan antara kasih sayang seorang anak laki2 pada ibunya dengan kasih sayang nya pada istrinya, tapi bukan kah suami yg baik akan senantiasa mengasihi perempuan yg ia cintai baik.itu ibu atau istri?

Tapi kenapa, bapak tak pernah melakukan itu?

Kecemburuan yg selalu mamah rasakan,.itu adalah hal wajar, yg paling menyakitkan adalah ketika bapak tak pernah peduli dengan penyakit mamah, bertahun tahun mamah memberikan pertanyaan kapan mamah diobati? Tapi sama sekali tiada reaksi. Sementara ketika nenek sakit, bapak bereaksi, membiayai berjuta juta, memperhatikan, tapi, apakah sikap bapak ke mamah seperti itu?  Tidak!!

Bukan hanya itu, mamah dimata bapak tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun, harus bemar, salah sedikit bentakan bapak, omongan bapak sangat menyakitkan, bukan hanya untuk mamah, tapi juga untukku yg mendengarnya.

Aku adalah perempuan yg punya karakter melankolis, aku mudah menangis, makanya kalo mamah cerita apapun.mengenai bapak, aku seperti teriris iris, menangis, yg justru membuat mamah semakin bersedih, yg jadi membuatku merasa tak enak hati, karena harisnya aku menenangkan.nya, memberi ia semangat, tp terkadang akupun masih suka ngambek sama mamah, padahal begitu banyak rasa sakit mamah selama ini.

Aku berfikir, bagaimana jika nanti aku dan adik perempuanku sudah menikah, aku akan ikut suamiku, tapi bagaimana mamah, siapa yg akan menjaga.mamah? Yg akan menyayangi mamah, siapa yg akan ia.akan ajak bercerita? 

Harapan ku satu satunyaa adalah adik lelakiku, tapi entah mengapa melihat perlakuan adik laki laki ku ke mamah sekarang aku sedikit takut.

Apakah bapak akan mencintai mamah lagi seperti dulu mereka.bertemu? Apakh bapak akan mengahargai dan memperlakukan mamah dengan baik? Siapa yg akan jadi penjaga mamah, disaat nanti kami tak bisa memantau 100% :(

Aku takut... Sangat takut... 

YaAllah harapanku, hanya PadaMu 

Postingan populer dari blog ini

Awal baru , kegalauan baru..

Skrip-shit #1

galauuuuuuu