Siapa lebih beruntung?
Kita boleh merasa menjadi tersakiti, seolah olah kitalah satu satunya yg sedang terpuruk didunia ini. Kita boleh menjadi yg paling kacau pikirnya, seolah olah kitalah satu satunya yg sedang menanggung beban berat didunia ini. Memaki, merintih, menangisi diri sendiri, yg membuat kita lupa bahwa sebenarnya, masih banyak diluar sana yg lebih tersakiti di banding kita, yg lebih kacau di banding pikiran kita, yg lebih besar beban tanggungannya dibanding kita, berfikir bahwa kita tidak pernah beruntung dalam kehidupan semesta. Lalu, apakah dengan begitu saja kita membiarkan diri berlalrut larut dalam keterpurukan? menjadi pengecut yang hanya membiarkan permasalahan dan rasa sakit menggrogoti akal sehat kita? Bukankah kita lebih beruntung? Bisa jadi saat kita menangis karena tersakiti tapi masih ada yg mau menghapus air mata kita, diluar sana mungkin ada yg sedang menangis seorang diri, tanpa ada satupun.yg mau menghapus air matanya untuk sekedar menemani, tapi ia tetap berus...