Gagal SNMPTN? Gagal juga SBMPTN? Dimana harus kucari kesuksesan?
“sebab terkadang, jalanan tak pernah mulus. Selalu ada kerikil yang membuat perjalanan itu terhambat dan melelahkan. Namun ini hanya ujian, karena perjalanan kita memang membutuhkan jalan yang panjang...” – Curahan hati seorang Salsa (hehe)
Sebelumnya aku sudah ingin menceritakan beberapa hal yang terjadi di beberapa bulan ini, dan kejadian kemarin membuatku tak karuan ingin mengungkapkan segala resah dalam benak yang tersimpan. Untuk yang baru saja lulus SMA dan sederajat, mungkin merasakan bagaimana perjuangan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Sejak dari kelas 11 aku sudah mempersiapkan begitu rapi tentang hal itu, meskipun banyak yang akhirnya merubah pemikiranku. Aku awali awal kelas 11 dengan diam-diam mencuri start untuk menanyakan tentang perguruan tinggi negeri. Salah satunya adalah menanyakan tentang SNMPTN undangan, yaitu salah satu untuk mendapatkan perguruan tinggi negeri dengan seleksi rapor. Begitu aku sudah banyak mengantongi informasi ,akhirnya aku berjuang sekeras mungkin. Aku belajar giat, agar nilai rata-rata raport ku tak turun, dan mampu berada di rank 5 besar. Dan alhamdulillah semua itu tercapai dikelas 11, aku mampu menaikkan rata-rata raport ku dan berhasil menempati peringkat pertama dikelas. Namun apa daya kelas 12 menjadi pukulan bagiku, ranking ku turun, namun syukurnya rata-rata nilai ku masih stabil dan masih berada di posisi lima besar.
Meskipun target terpenuhi, tetap saja aku was-was dengan hasil akhir nanti. Akhirnya ketika hari pendaftar SNMPTN aku putuskan untuk memilih universitas &prodi sesuai minatku. Aku memilih UI Sastra Arab. Sangking yakinnya, aku hanya memilih satu iuniversitas dan prodi itu saja, padahal di SNMPTN aku boleh memilih 3 prodi dari 2 universitas. Aku begitu optimis dengan itu, karena nilaiku yang kurasa cukup dan ditambah daftar prestasi lomba yang ku unggah disitu. Apalagi aku memilih prodi yang passing gradenya tidak terlalu tinggi. Namun, apa daya. Pada hari pengumuman ku dapati tulisan “Anda dinyatakan tidak lulus sleksi..”, betapa terkejutnya aku, apalagi ku dengar teman-temanku di SMA lain lolos. Dan yang menyedihkan adalah mereka yg lolos tidak memiliki nilai raport lebih baik dari ku. Aku pun bertanya-tanya mengapa bisa begitu? Akupun mencari-cari penyebabnya dengan keadaan gundah yang berkepanjangan. Ternyata...,mereka lebih beruntung bahwa mereka sekolah di negeri yang notabennya akan lebih mudah untuk mendapatkan SNMPTN undangan. Dan universitas yg kupilih katanya sangat sulit untuk menerima murid dari sekolah swasta, apalagi aku memilih prodi lintas jalur, dari IPA memilih rumpun IPS. Namun rasanya ini tak adil.......!!! aku selalu bersangka buruk, begitu jahatnya universitas-universitas yang menganggap remeh sekolah swasta.
Ada rasa kecewa yang menyelimuti, dan itu ku rasa wajar. Namun, seketika imanku kendor, naik turun naik dan akhirnya berada di paling rendah. Aku akhirnya mencoba peruntungan di SBMPTN dengna pilihan yg sama sebelumnya, kurang lebih 19 hari waktu yang ku punya untuk mempelajari materi ips dari nol. Apalagi aku hanya seorang murid IPA yang tidak diberi pelajarn IPS. Semaksimal mungkin aku bangkit dari keterpurukan. Berjuang diatas rata-rata orang belajar sebelumnya. Mungkin jalanku bukan di SNMPTN. Sebelumnya aku rajin solat dhuha, hajat, tahajud,tadarus bahkan puasa sunah. Bukan karena ingin lulus UN dan SNMPTN, tetapi itu murni keinginanku. Tapi akhirnya aku meras terintimidasi dengan SNMPTN kemarin, niat baikku diawal tak lagi tertanam. Aku melihat mereka yang lolos bukanlah kalangan dari yang dekat dari Allah meskipun sering aku menampik bahwa aku hanya suudzon bisa jadi mereka lebih baik dari yang kupikirkan..tapi selalu saja ujungnya aku berfikir seperti itu. Tiba-tiba aku berfikir apa Allah sedang mengujiku? Menganggap bahwa aku lebih bisa menerima takdir-Nya jauh lebih baik dari mereka yang sudah lolos. Dengan daya tampun SBMPTN yang hanya 15%. Selama 19 hari tersebut aku beribadah seenaknya, bukan aku marah pada Allah, bukan juga malas. Tapi aku takut digagalkan di SBMPTN ini, aku takut Allah menganggapku lebih baik lalu mengujiku dgn ujian yg lebih berat. Sungguh akupun bingung apa yang merasuki otakku ini.
Akhirnya aku mengiikuti ujian dengan yakin, dengan penuh pertimbangan berapa soal yg harus ku jawab sebagai cara cerdasku,meskipun secara teori aku belum siap. Ku serahkan semuanya pada Allah, berdoa tiada henti. Tapi, apa Allah akan mendengar doa ku? Kali ini aku berharap allah mengijabah doa-doaku. Namun ternyata Allah pun kembali mengujiku. Ku dapati tulisan “Anda tidak lulus SBMPTN..” dan itu rasanya menikam hingga ulu hatiku. Masih ku ingat ketika aku melihat pengumuman SMAKBO 3 tahun lalu dan kudapati tulisan yg sama, aku ditolak. Dan ketika temanku membuka dia lolos!! Betapa sakit hati ini, dan bertanya-tanya kepada Allah ada apa dg ini? Aku merasa malu dengan orang tuaku. Meskipun mereka yang akhirnya menyemangati untuk berjuang lagi, aku tau senyum di wajah mereka tak sama dengan keadaan hati mereka yang sedih anaknya beluum berhasil. Masih kuingat kejadian semalam tadi itu. Bahkan aku masih bisa tersenyum saat kegagalan kedua di genggaman tangan ini. Maaf mah, pak :(
Aku pun merenung semalaman suntuk, apa aku lupa dengan hakikat kehidupan?,apa mungkin aku hanya memikirkan duniawi saja?
Memang aku kecewa, bagaimana tidak, aku telah mempersiapkan itu semua lebih awal dari yang lain. Apa yang salah? Ternyata niat baik untuk beribadah kepada Allah yang bergeser karena ketakutan ku untuk diuji. Aduhai bodohnya aku. Namun Allah membuka pikiranku dari renungan semalam, aku mencoba bangkit kembali, kususun lagi rencana dari awal, mungkin ada pintu lain,mungkin ada jalan lain. Ah Allah seperti sedang membuka lebar RahmatNya. Ku putuskan ketika aku browsing, aku melihat masih ada Ujian mandiri di universitas tertentu yg masih membuka pendaftaran, ku putuskan mungkin aku akan melirik salah satu universitas di Jakarta, aku tidak ingin mimpiku berantakan karena tak lolos di universitas impianku. Apa yang ku pikir baikku ternyata belum tentu baik dimata Allah. Bismillah, aku kembali pada niat awalku beribadah kepadaNya, aku meminta petunjuk kepada Allah prodi apa yg aku pilih lewat solat istikhoroh semalam. Setelah kupikir-pikir pagi tadi, aku suka menulis, aku suka mengarang, aku juga suka dengan pengetahuan agama islam, dan aku pikir sastra indonesia dan ilmu agama islam sesuai dengan kemampuanku. Dan tak lupa pend. Bahsa arab aku pilih juga, karena itu pun salah satu prodi impian ku.
Semoga saja, Allah memberikan yg terbaik. Dimanapun aku berada nanti,mungkin itu lah yang terbaik untuk ku bagi Allah. Allah tau apa yg tidak aku ketahui. Sungguh kali ini aku aku lebih tenang. jika kalian ingin tahu, ternyata dunia akan dekat dg kita jika kita bersama Allah^^. Seperti yg dikatan Mario Teguh “jadikan dirimu sbg penasihat bagi sesamamu”. Allah memberi jalan seperti ini mungkin untuk bisa menjadikan motivasi bagi diri dan yang lain. Dan dengan itupun akhirnya tulisan panjang ini pun tercipta seperti perjalanan panjang yg ku lewati.
Yang jelas aku takkan pernah berhenti mengejar mimpi dengan RidhoNya, aku tahu akan ada pelangi setelah hujan turun.
Tertanda
Yang terus berjuang bumi rantau
Sebelumnya aku sudah ingin menceritakan beberapa hal yang terjadi di beberapa bulan ini, dan kejadian kemarin membuatku tak karuan ingin mengungkapkan segala resah dalam benak yang tersimpan. Untuk yang baru saja lulus SMA dan sederajat, mungkin merasakan bagaimana perjuangan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Sejak dari kelas 11 aku sudah mempersiapkan begitu rapi tentang hal itu, meskipun banyak yang akhirnya merubah pemikiranku. Aku awali awal kelas 11 dengan diam-diam mencuri start untuk menanyakan tentang perguruan tinggi negeri. Salah satunya adalah menanyakan tentang SNMPTN undangan, yaitu salah satu untuk mendapatkan perguruan tinggi negeri dengan seleksi rapor. Begitu aku sudah banyak mengantongi informasi ,akhirnya aku berjuang sekeras mungkin. Aku belajar giat, agar nilai rata-rata raport ku tak turun, dan mampu berada di rank 5 besar. Dan alhamdulillah semua itu tercapai dikelas 11, aku mampu menaikkan rata-rata raport ku dan berhasil menempati peringkat pertama dikelas. Namun apa daya kelas 12 menjadi pukulan bagiku, ranking ku turun, namun syukurnya rata-rata nilai ku masih stabil dan masih berada di posisi lima besar.
Meskipun target terpenuhi, tetap saja aku was-was dengan hasil akhir nanti. Akhirnya ketika hari pendaftar SNMPTN aku putuskan untuk memilih universitas &prodi sesuai minatku. Aku memilih UI Sastra Arab. Sangking yakinnya, aku hanya memilih satu iuniversitas dan prodi itu saja, padahal di SNMPTN aku boleh memilih 3 prodi dari 2 universitas. Aku begitu optimis dengan itu, karena nilaiku yang kurasa cukup dan ditambah daftar prestasi lomba yang ku unggah disitu. Apalagi aku memilih prodi yang passing gradenya tidak terlalu tinggi. Namun, apa daya. Pada hari pengumuman ku dapati tulisan “Anda dinyatakan tidak lulus sleksi..”, betapa terkejutnya aku, apalagi ku dengar teman-temanku di SMA lain lolos. Dan yang menyedihkan adalah mereka yg lolos tidak memiliki nilai raport lebih baik dari ku. Aku pun bertanya-tanya mengapa bisa begitu? Akupun mencari-cari penyebabnya dengan keadaan gundah yang berkepanjangan. Ternyata...,mereka lebih beruntung bahwa mereka sekolah di negeri yang notabennya akan lebih mudah untuk mendapatkan SNMPTN undangan. Dan universitas yg kupilih katanya sangat sulit untuk menerima murid dari sekolah swasta, apalagi aku memilih prodi lintas jalur, dari IPA memilih rumpun IPS. Namun rasanya ini tak adil.......!!! aku selalu bersangka buruk, begitu jahatnya universitas-universitas yang menganggap remeh sekolah swasta.
Ada rasa kecewa yang menyelimuti, dan itu ku rasa wajar. Namun, seketika imanku kendor, naik turun naik dan akhirnya berada di paling rendah. Aku akhirnya mencoba peruntungan di SBMPTN dengna pilihan yg sama sebelumnya, kurang lebih 19 hari waktu yang ku punya untuk mempelajari materi ips dari nol. Apalagi aku hanya seorang murid IPA yang tidak diberi pelajarn IPS. Semaksimal mungkin aku bangkit dari keterpurukan. Berjuang diatas rata-rata orang belajar sebelumnya. Mungkin jalanku bukan di SNMPTN. Sebelumnya aku rajin solat dhuha, hajat, tahajud,tadarus bahkan puasa sunah. Bukan karena ingin lulus UN dan SNMPTN, tetapi itu murni keinginanku. Tapi akhirnya aku meras terintimidasi dengan SNMPTN kemarin, niat baikku diawal tak lagi tertanam. Aku melihat mereka yang lolos bukanlah kalangan dari yang dekat dari Allah meskipun sering aku menampik bahwa aku hanya suudzon bisa jadi mereka lebih baik dari yang kupikirkan..tapi selalu saja ujungnya aku berfikir seperti itu. Tiba-tiba aku berfikir apa Allah sedang mengujiku? Menganggap bahwa aku lebih bisa menerima takdir-Nya jauh lebih baik dari mereka yang sudah lolos. Dengan daya tampun SBMPTN yang hanya 15%. Selama 19 hari tersebut aku beribadah seenaknya, bukan aku marah pada Allah, bukan juga malas. Tapi aku takut digagalkan di SBMPTN ini, aku takut Allah menganggapku lebih baik lalu mengujiku dgn ujian yg lebih berat. Sungguh akupun bingung apa yang merasuki otakku ini.
Akhirnya aku mengiikuti ujian dengan yakin, dengan penuh pertimbangan berapa soal yg harus ku jawab sebagai cara cerdasku,meskipun secara teori aku belum siap. Ku serahkan semuanya pada Allah, berdoa tiada henti. Tapi, apa Allah akan mendengar doa ku? Kali ini aku berharap allah mengijabah doa-doaku. Namun ternyata Allah pun kembali mengujiku. Ku dapati tulisan “Anda tidak lulus SBMPTN..” dan itu rasanya menikam hingga ulu hatiku. Masih ku ingat ketika aku melihat pengumuman SMAKBO 3 tahun lalu dan kudapati tulisan yg sama, aku ditolak. Dan ketika temanku membuka dia lolos!! Betapa sakit hati ini, dan bertanya-tanya kepada Allah ada apa dg ini? Aku merasa malu dengan orang tuaku. Meskipun mereka yang akhirnya menyemangati untuk berjuang lagi, aku tau senyum di wajah mereka tak sama dengan keadaan hati mereka yang sedih anaknya beluum berhasil. Masih kuingat kejadian semalam tadi itu. Bahkan aku masih bisa tersenyum saat kegagalan kedua di genggaman tangan ini. Maaf mah, pak :(
Aku pun merenung semalaman suntuk, apa aku lupa dengan hakikat kehidupan?,apa mungkin aku hanya memikirkan duniawi saja?
Memang aku kecewa, bagaimana tidak, aku telah mempersiapkan itu semua lebih awal dari yang lain. Apa yang salah? Ternyata niat baik untuk beribadah kepada Allah yang bergeser karena ketakutan ku untuk diuji. Aduhai bodohnya aku. Namun Allah membuka pikiranku dari renungan semalam, aku mencoba bangkit kembali, kususun lagi rencana dari awal, mungkin ada pintu lain,mungkin ada jalan lain. Ah Allah seperti sedang membuka lebar RahmatNya. Ku putuskan ketika aku browsing, aku melihat masih ada Ujian mandiri di universitas tertentu yg masih membuka pendaftaran, ku putuskan mungkin aku akan melirik salah satu universitas di Jakarta, aku tidak ingin mimpiku berantakan karena tak lolos di universitas impianku. Apa yang ku pikir baikku ternyata belum tentu baik dimata Allah. Bismillah, aku kembali pada niat awalku beribadah kepadaNya, aku meminta petunjuk kepada Allah prodi apa yg aku pilih lewat solat istikhoroh semalam. Setelah kupikir-pikir pagi tadi, aku suka menulis, aku suka mengarang, aku juga suka dengan pengetahuan agama islam, dan aku pikir sastra indonesia dan ilmu agama islam sesuai dengan kemampuanku. Dan tak lupa pend. Bahsa arab aku pilih juga, karena itu pun salah satu prodi impian ku.
Semoga saja, Allah memberikan yg terbaik. Dimanapun aku berada nanti,mungkin itu lah yang terbaik untuk ku bagi Allah. Allah tau apa yg tidak aku ketahui. Sungguh kali ini aku aku lebih tenang. jika kalian ingin tahu, ternyata dunia akan dekat dg kita jika kita bersama Allah^^. Seperti yg dikatan Mario Teguh “jadikan dirimu sbg penasihat bagi sesamamu”. Allah memberi jalan seperti ini mungkin untuk bisa menjadikan motivasi bagi diri dan yang lain. Dan dengan itupun akhirnya tulisan panjang ini pun tercipta seperti perjalanan panjang yg ku lewati.
Yang jelas aku takkan pernah berhenti mengejar mimpi dengan RidhoNya, aku tahu akan ada pelangi setelah hujan turun.
Tertanda
Yang terus berjuang bumi rantau